PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

pendidikan luar sekolah merupakan pelengkap, pengganti dan pendamping pendidikan formal

Jumat, 01 Juli 2011

Kecerdasan Multiple Intelegences


Kecerdasan adalah kemampua nuntuk menyelesaikan masalah, menciptakan produk, yang berharga dalam satu  atau beberapa lingkungan budaya dan masyarakat. Kecerdasan merupakan sifat bawaan tau dikembangkan. Kecerdasan ditekankan pada kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan untuk menciptakan produk.
Secara singkat terdapat tujuh kecerdasan yakni:
1.      Keccerdasan linguistic, adalah jenis kemampuan yang ditunjukkan dalam bentuk lengkap, mungkin, oleh puisi. Dan berkaitan dengan kepekaan pada sifat bunyi bahasa.
2.      Kecerdasan logika matematika, seeperti tersirat dalam nama, adalah kmampuan logika dan matematika, disamping ilmu pengetahuan. Jean Piaget, ahli psikologi pengembangan yang hebat, menduga ia mempelajari semua kecerdasan.
3.      Kecerdasan ruang, adalah kemampuan membentuk model mentaldari dunia ruangdan mampu melakukan berbagai tindakan dalam menggunakan model itu.
4.      Kecerdasan music adalah kepekaan yang berhubungan dengan nada
5.      Kecerdasan gerakan-badan adalah kemampuan menyelesaikan masalah atau produk mode menggunakan sekuruh badan seseorang atau sebagian tubuh.
6.      Kecerdasan antar pribadi adalah kemampuan untuk memahami orang lain; apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja sama dengan mereka.
7.      Kecerdasan intra pribadi, adalah kemampuan yang berkaitan  ke dalam diri pribadi. Kemampuan model yang akurat, dapat dipercaya dari diri sendiri dan mampu menggunakan model itu untuk beroperasi secara efektif dalam hidup.
Tujuan sekolah seharusnya mengembangkan kecerdasan dan membantu orang mencapai sasaran profesi dan hobi yang cocok untuk spectrum kecerdasan mereka masing-masing. Sekolah yang berpusat pada individu, sekolah yang bertujuan untuk mengoptimalkan pemahaman dan pengembangan profil kognitif setiap siswa. Desain dari sekolah ideal di masa depan didasarkan pada dua asumsi. Pertama adalah tidak semua orang mempunyai minat dan kemampuan yang sama; tidak semua dari kita belajar dengan cara yang sama. Dan sekarang kita mempunyai alat untuk mulai memperhatikan perbedaan individual di sekolah. Kedua adalah sesuatu yang menyakitkan , yaitu asumsi sekarang tidak seseorang yang dapat belajar segala sesuatu yang ingin dipelajarinya. Kita semua akan senang mengetahui segala sesuatu atau paling sedikit yakin dalam potensi mengetahui segala sesuatu.
Peran pendidik bertugas mencoba memahami sesensitif dan selengkap mungkin kemampuan dan minat siswa di sekolah. Pendidik mampu melihat secara spesifik dan langsung pada kemampuan ruang, kemampuan pribadi dan yang serupa dan tidak menggunakan lensa kecerdasan linguistic dan logika matematika. Dalam spesialis penilaian, sekolah dim as depan mungkin mempunyai “ pialang siswa-kurikulum”. Tugasnya adalah membantu menyelesaikan profil, sasaran dan minat siswa pada kurilukum tertentu dan gaya belajar tertentu. Guru akan dibebaskan untuk melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan, yaitu mengajarkan materi subjek, dalam gaya mengajar pilihan mereka. Kepala sekolah harus mengawasi guru yang belum berpengalaman dan membimbing mereka, tetapi kepala sekolah juga dituntut untuk memastikan bahwa kompleks persamaan siswa-penilaian-kurikulum-masyarakat mempunyai pertimbangan tepat.
Hal yang paling penting adalah kita mengenali dan memelihara semua kecerdasan manusia yang bervariasi, dan semua kombinasi kecerdasan. Kita semua berbeda karena kita semua mempunyai kombinasi kecerdasan manusia yang berbeda. Kompetensi kognitif ( belajar, memahami) manusia lebih baik diuraikan dalam arti kumpulan kemampuan, bakat, atau keteampilan mental, yang disebut kecerdasan. Teori ini mempunyai implikasi pendidikan yang penting termasuk untuk pengembangan kurikulum.
Dalam pandangan tradisional, kecerdasan ditetapkan secara operasional sebagai kemampuan untuk menjawab berbagai jenis tes kecerdasan. Teori kecerdasan majemuk menjadikan majemuk konsep tradisional. Kecerdasan menyangkut kemampuan menyelesaikan masalah atau produk mode yang merupakan konsekuensi dalam suasana budaya atau masyarakat tertentu. Keterampiulan memecahkan masalah membuat seseorang mendekati situasi yang sasarannya harus dicapai dan menemukan rute yang tepat ke arah sasaran itu.
Dalam kecerdasan music otak berperan penting dalam persepsi dan produksi music. Daerah ini mempunyai karakteristik terletak di belahan otak kanan, walaupun keterampilan music tidak jelas “ letaknya” atau terletak di daerah yang dapat dinyatakan dengan jelas,sebagai bahasa. Walaupun kepekaan tertentu kemampuan music terhadap kerusakan otak tergantung pada sejauh mana pelatihan dan perbedaan individu yang lain, terdapat bukti yang jelas untuk kehilangan kemampuan untuk membedakan atau mengekspresikan suara-suara music.
Pengendalian gerakan-badan terletak di korteks motorik yang setiap belahan otak mendominasi atau mengendalikan gerakan-badan yang berada di sisi berlawanan. Pada orang yang kidal, dominasi dari gerakan seperti itu biasanya ditemukan dalam belahan otak kiri. Kemampuan melakukan gerakan ketika diarahkan untuk melakukan demikian dapat dirusak bahkan pada individual yang dapat melaksanakan gerakan yang sama secara spontan atau bukan secara sengaja. Adanya kehilangan kemampuan melakukan gerakan yang terkoordinasi spesifik menyusun satu lini bukti untuk kecerdasan gerakan–badan.
Kekuatan intelektual untuk melakukan deduksi dan pengamatan menggambarkan salah satu bentuk dari kecerdasan logika-matematika yang sering diberi label “pemikiran ilmiah”. Dua fakta yang penting mengenai logika-matematika. Pertama,  dalam diri orang berbakat, proses dari penyelesaian masalah sering berlangsung amat cepat-ilmuwan yang sukses memikirkan banyak variabel sekaligus dan membuat sejumlah hipotesis yang masing-masing dievaluasi dan kemudian diterima atau ditolak secara bergantian.
 Kecerdasan linguistic menghasilkan kalimat yang benar secara tata bahasa. Bakat linguistic bersifat universal dan perkembangannya pada anak-anak, amat mengherankan, tidak berbeda pada budaya yang berbeda. Bahkan dalam populasi orang tuli dengan bahasa tanda manual tidak diajarkan secara nyata, anak-anak sering “ menemukan ”bahasa manual tidak mereka sendiri dan menggunakannya secara sembunyi-sembunyi!
Kecerdasan ruang merupakan visualisasi benda yang dilihat dari sudut berbeda. Otak kanan terbukti tempat paling penting untuk pemrosesan ruang. Kerusakan di otak kanan bagian belakang menyebabakan kerusakan kemampuan menemukan jalan ke suatu tempat, mengenali wajah atau pemandangan, atau memperhatikan rincian yang halus.
Kecerdasan antar pribadi merupakan kemampuan untuk mengenali perbedaan, secara khusus, perbedaan besar dalam suasana hati, temperamen, motivasi, dan kehendak. Bukti biologis untuk kecerdasan antar pribadi meliputi dua factor, yakni hubungan ibu dengan anak, dan  interaksi social manusia.
Kecerdasan intra pribadi merupakan pengetahuan aspek-aspek internal dari seseorang; akses pada merasa hidup dari diri sendiri, rentang emosi sendiri, kemampuan untuk mempengaruhi diskriminasi di antara emosi-emosi ini dan pad akhirnya memberi label pada emosi itu dan menggunakannya sebagai cara untuk memahami dan menjadi pedoman tingkah laku sendiri. Kecerdasan ini bersifat paling pribadi.
Bakat antar pribadi dan intra pribadi menunjukkan sifat usaha keras  menyelesaikan masalah yang penting bagi individu. Kecerdasan antar pribadi memungkinkan seseorang memahami dan bekerja dengan orang lain; kececerdasan intra pribadi   seseorang memahami dan bekerja dengan diri sendiri.
Implikasi untuk pengajaran eksplisit antara lain:peran pengajaran berkaitan dengan manifestasi perubahan kecerdasan sepanjang langkah-langkah perkembangan. Lingkungan cocok yang diperkaya untuk tahun-tahun yang lebih mudah pada usia anak-anak. Lingkungan pengajaran amat terstruktur dapat mempercepat kemajuan dan menghasilkan jumlah anak “menjanjikan” yang lebih banyak, tetapi pada akhirnya mungkin ini membatasi pilihan dan menghambat ekspresi diri. Cara menilai seharusnya mencari keterampilan menyelesaikan masalah atau penciptaan produk yang sebenarnya dalam diri seseorang menggunakan aneka material.
Pada dasarnya, kecerdasan sebagai potensi biopsikologi. Artinya, semua anggota jenis makhluk yang bersangkutan mempunyai potensi untuk menggunakan sekumpulan bakat kecerdasan yang dimiliki oleh jenis makhluk itu. Focus teori MI mengenali dan menguraikan bakat, bukannya pada membuat struktur halus dan berfungsinya kecerdasan. Kecerdasan (intelegence) adalah suatu produk yang pertama-tama ditentukan oleh factor genetic yang diwarisinya dan sifat-sifat psikologinya mulai dari kekuatan kognitifnya sampai kecenderungn kepribadiannya. Keberbakatan (giftedness) adalah tanda potensi biopsikologis yang berkembang dengan cepat dalam bidang pemikiran apapun yang ada dalam suatu budaya. Seseorang yang maju dengan cepat, yang ”menjanjikan” dalam bidang tugas atau bidang pemikiran yang tersedia, memperoleh julukan ‘ berbakat”. Berbakat istimewa (prodigiousness) adalah bentuk ekstrem dari keberbakatan dalam suatu bidang pemikiran. Kreativitas adalah cirri-ciri yang dikhususkan bagi produk yang pada awalnya dipandang baru dalam suatu bidang pemikiran tetapi yang akhirnya diakui dapat diterima dalam masyarakat setempat.
Implikasi MI dalam pendidikan dapat dilihat dalam; mengawali, penggambaran mengenai berbagai bentuk yang menyusun keberbakatan, keahlian, kreativitas dan yang serupa dapat membantu para pendidik untuk menimbulkan pertanyaan. Harus menerima pendekatan perkembangan. Setelah seseorangb mengakui bahwa anak-anak dari berbagai usia atau tahap mempunyai keperluan yang berbeda, berada dalam bentuk informasi budaya yang berbeda, dan mengassimilasi isi dari struktur pembangkit motivasi dan kognitif berbeda, kemudian jenis sistem pendidikan yang kita desain harus memperhitungkan faktor-faktor perkembangan. Serta jenis model pendidikan yang diberikan pada anak-anak. Pesan yang cukup berbeda dikumpulkan sedikit-demi sedikit oleh anak, tergantung pada pertanyaan orang dewasa atau pakar yang berhubungan dengannya mempunyai keahlian, kreativitas atau bahkan beberapa bentuk jenius; dan dalam pergaulan awal ini mereka didorong atau dicegah ke arah status akhir ini yang mana.

Daftar Bacaan:
Howard Gardner. 2003. Multiple Intelligence. Interaksara. Batam

Senin, 27 Juni 2011

Keinovasian dan kategori pengadopsi


Metode klasifikasi kategori pengadopsi
Metode klasifikasi  pengadopsi dengan menggunakan kurva ketajaman S (S-shape curve). Cara mengklasifikasi kategori berdasarkan keinovatifannya yang paling banyak dilakukan orang adalah dengan menggunakan kurva ketajaman S atau S-shape curve. Klasifikasi ini berdasarkan kepada kecepatan individu dalam mengadopsi dihitung dalam periode waktu.
Dengan cara mengklasifikasikan kategori pengadopsi berdasarkan atas keinovatifannya tersebut diketahui pengadopsi pada setiap waktu tertentu atau pertambahan jumlah pengadopsi dari waktu ke waktu dan dapat pula diketahui pula angka kumulatif jumlah pengadopsi pada suatu akhir periode difusi. Seperti gambar berikut:
Kategori pengadopsi dan karakteristiknya
Kategori pengadopsi adalah klasifikasi  anggota-anggota suatu system social berdasarkan keinovatifannya. Ada individu yang cepat menerima inovasi dan sebaliknya ada individu yang lambat dan sulit menerima suatu inovasi. Kecepatan adopsi terhadap suatu inovasi oleh anggota-anggota system social dapat digambarkan dalam suatu kurva ketajaman S (S-shape curve), yang menunjukkan banyaknya pengadopsi dari permulaan sampai akhir periode difusi.
Keinovatifan adalah derajat kecepatan mengadopsi inovasi atau tingkat intensitas penggunaan inovasi oleh individu dapat dibeda-bedakan atau dibanding antara individu dengan individu lainnya. Dari sejumlah individu dalam suatu system social pada umumnya dapat diprediksi tentang kecepatannya mengadopsi suatu inovasi.
Idealnya pengelompokan pengadopsi menurut kecepatannya adalah mengikuti pola distribusi normal, atau jika digambarkan dalam sebuah kurva akan berbentuk lonceng. Pengelompokan pengadopsi secara ideal mengikuti distribusi normal tersusun berdasarkan kajian secara empiris selama bertahun-tahun meskipun ada penyimpangan walau tidak begitu besar.
Berdasarkan berbagai penelitian ternyata dapat disimpulkan bahwa tiga hal yang merupakan pembeda antara kategori pengadopsi yang ada. Pertama, karakteristik social ekonomi. Status social ekonomi seperti usia, pendidikan, mobilitas social, wawasan, status social lainnya yang berkaitan dengan setiap kategori pengadopsi. Ternyata secara umum memiliki perbedaan yang jelas antara status social ekonomi antara kategori yang satu dengan yang lainnya.
Kedua, variabel kepribadian. Sifat-sifat pribadi berkaitan dengan empati, kemampuan abstraksi, rasionalitas, kecerdasan, sikap terhadap perubahan, kemampuan menghadapi ketidakpastian dan aspirasi. Ketiga, perilaku komunikasi. Komunikasi termasuk partisipasi social, kontrak interpersonal, kontrak dengan media massa, aktivitas mencari informasi dan sebagainya, yang berbeda di antara pengadopsi mengakibatkan perbedaan dalam kecepatan mengadopsi suatu inovasi.

Karakteristik Pengadopsi
1.      Inovator adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal yang baru. Hubungan social mereka cenderung lebih erat disbanding kelompok social lainnya. Orang-orang yang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik maupun terdapat jarak geografis. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.
2.      Pengguna awal adalah kelompok ini lebih lokal dibanding kelompok inovator. Kategori adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat disegani dan dihormati oleh kelompoknya karena kesuksesan mereka dan keinginannya untuk mencoba inovasi baru.
3.      Mayoritas awal adalah kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini menjalankan fungsi penting dalam melegitimasi sebuah inovasi, atau menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat.
  1. Mayoritas akhir adalah kelompok yang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang, tekanan dari kelompoknya bisa memotivasi mereka. Dalam kasus lain, kepentingan ekonomi mendorong mereka untuk mengadopsi inovasi.
  2. Laggard/terbelakang adalah kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka. Sekalinya sekelompok terbelakang mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalan zaman.



DAS SEIN DAN DAS SOLLEN PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT


A.  Pengertian das sain dan das sollen
Das Sein berarti keadaan yang sebenarnya pada waktu sekarang, sedangkan das Sollen berarti apa yang dicita-citakan; apa yang harus ada nanti, atau untuk singkatnya arti dari keduanya adalah "yang ada dan yang seharusnya". Keduanya diambil dari bahasa Jerman .
Das Sollen adalah segala sesuatu yang mengharuskan kita untuk berpikir dan bersikap. Contoh : dunia norma, dunia kaidah dsb. Dapat diartikan bahwa das sollen merupakan kaidah dan norma serta kenyataan normatif seperti apa yang seharusnya dilakukan.
Das Sein adalah segala sesuatu yang merupakan implementasi dari segala hal yang kejadiannya diatur oleh das sollen dan mogen. Dapat dipahami bahwa das sein merupakan peristiwa konkrit yang terjadi.
Das Sein adalah sebuah realita yang telah terjadi sedangkan Das Sollen adalah apa yang sebaiknya dilakukan yaitu sebuah impian dalam dunia utopia yang menjadi keinginan dan harapan setiap manusia sedangkan Das Sollen merupakan realita yang menimpa manusia itu sendiri. Hal inilah yang disebut dengan sebuah harapan dan kenyataan.
Antara keduanya tidak selalu se-Vareabel, manusia sebagai Makhluk ciptaan Allah yang sepenuhnya diberi keleluasaan dalam menjalani sebuah pilihan hidupnya sendiri, Tuhan menjadikan manusia sebagai Khalifah dimuka bumi dalam rangka memberikan kebebasan memilih hidupnya, kemanakah akan diarahkan hidupnya itu terserah pilihan manusianya sendiri, kearah kebaikankah yang nantinya janji Allah adalah Surga atau Kearah kebathilan yang dijanjikannya dengan Neraka.
B. Pendidikan Sepanjang Hayat
Manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin mencapai suatu kehidupan yang optimal. Selama manusia barusaha untuk meningkatkan kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, kepribadian, maupun keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama itulah pendidikan masih berjalan terus.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia transformasi, dan di dalam masyarakat yang saling mempengaruhi seperti saat zaman globalisasi sekarang ini. Setiap manusia dituntut untuk menyesuaikan dirinya secara terus menerus dengan situasi baru.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tutuntutan manusia yang makin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada tingkat pendidikan dari sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem yang fleksibel. Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terus menerus.
Menurut konsep pendidikan sepanjang hayat, kegiatan-kegiatan pendidikan dianggap sebagai suatu keseluruhan. Seluruh sektor pendidikan merupakan suatu sistem yang terpadu. Konsep ini harus disesuaikan dengan kenyataan serta kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang telah maju akan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan masyarakat yang belum maju. Apabila sebahagian besar masyarakat suatu bangsa masih yang banyak buta huruf, maka upaya pemeberantasan buta huruf di kalangan orang dewasa mendapat prioritas dalam sistem pendidikan sepanjang hayat. Tetapi, di negara industri yang telah maju pesat, masalah bagaimana mengisi waktu senggang akan memperoleh perhatian dalam sistem ini.
Pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan mulai segera setelah anak lahir dan akan berlangsung sampai manusia meninggal dunia, sepanjang ia mampu menerima pengaruh-pengaruh. Oleh karena itu, proses pendidikan akan berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat .
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak. Pendidikan anak diperoleh terutama melalui interaksi antara orang tua – anak. Dalam berinteraksi dengan anaknya, orang tua akan menunjukkan sikap dan perlakuan tertentu sebagai perwujudan pendidikan terhadap anaknya.
Pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dalam keluarga.Sekolah merupakan lembaga tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Sekolah diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus mencerminkan kehidupan sekelilingnya. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya. Dalam kehidupan modern seperti saat ini, sekolah merupakan suatu keharusan, karena tuntutan-tuntutan yang diperlukan bagi perkembangan anak sudah tidak memungkinkan akan dapat dilayani oleh keluarga. Materi yang diberikan di sekolah berhubungan langsung dengan pengembangan pribadi anak, berisikan nilai moral dan agama, berhubungan langsung dengan pengembangan sains dan teknologi, serta pengembangan kecakapan-kecakapan tertentuyang langsung dapat dirasakan dalam pengisian tenaga kerja.
Pendidikan di masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang diselenggarakan di luar keluarga dan sekolah. Bentuk pendidikan ini menekankan pada pemerolehan pengetahuan dan keterampilan khusus serta praktis yang secara langsung bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat. Phillip H.Coombs (Uyoh Sadulloh, 1994:65) mengemukakan beberapa bentuk pendidikan di masyarakat, antara lain : (1) program persamaan bagi mereka yang tidak pernah bersekolah atau putus sekolah; (2) program pemberantasan buta huruf; (3) penitipan bayi dan penitipan anak pra sekolah; (4) kelompok pemuda tani; (5) perkumpulan olah raga dan rekreasi; dan (6) kursus-kursus keterampilan.
C.  Hakikat Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan sepanjang hayat (PSH) atau pendidikan seumur hidup yang secara operasional sering pula disebut pendidikan sepanjang raga (long life education) bukanlah sesuatu yang baru. Pada abad 14 yang lampau, tepatnya pada zaman Nabi Muhammad SAW ide dan konsep itu telah disiarkannya dalam bentuk suatu imbauan, dalam haditsnya:
اُطْلُبُوُا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ اِلىَ اللََّحْدِ
artinya :”Tuntutlah ilmu oleh kalian mulai sejak di buaian hingga liang lahat”.
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari dari dahulu sudah dapat dilihat bahwa pada hakikatnya orang belajar sepanjang hidup, meskipun dengan cara yang berbeda dan melalui proses yang tidak sama. Jelasnya tidak ada batas usia yang menunjukan tidak mungkinnya dan tidak dapatnya orang belajar. Jika seorang petani yang sudah tua berusaha mencari tahu mengenai cara-cara baru dalam bercocok tanam, pemberantasan hama, dan pemasaran hasil yang lebih menguntungkan, itu adalah pertanda bahwa belajar itu tidak dibatasi usia.
Dorongan belajar sepanjang hayat itu terjadi karena dirasakan sebagai kebutuhan. Setiap orang merasa butuh untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya dalam menghadapi dorongan-dorongan dari dalam dan tantangan alam sekitar, yang selalu berubah. Sepanjang hidup manusia memang tidak pernah berada di dalam suatu vakum. Mereka dituntut untuk mampu menyesuaikan diri secara aktif, dinamis, kreatif, dan inovatif terhadap diri dan kemajuan zaman.
Dengan kata lain, pendidikan itu merupakan bagian integral dari hidup itu sendiri. Prinsip pendidikan seperti itu mengandung makna bahwa pendidikan itu lekat dengan diri manusia, karena dengan itu manusia dapat terus menerus meningkatkan kemandiriannya sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat, meningkatkan rasa pemenuhmaknaan (self fulfillment) dan terarah kepada aktualisasi diri.
Landasan Ilmiah
Pendidikan sepanjang hayat yang dalam prakteknya telah lama berlangsung secara ilmiah dalam kehidupan manusia itu dalam perjalanannya menjadi pudar, disebabkan oleh semakin kukuhnya kedudukan sistem pendidikan persekolahan di tengah-tengah masyarakat. Sistem persekolahannya yang polanya membentuk masyarakat tersendiri dan memisahkan diri dari lingkungan masyarakat luas dengan benteng dan pagar pekarangan sekolah, membatasi waktu belajarnya sampai usia tertentu dan jangka waktu tertentu. Seolah-olah sekolah membentuk masyarakat khusus yang mempersiapkan diri, dengan membekali ilmu pengetahuan dan keterampilan menurut porsi yang telah ditetapkan dan cocok dengan tuntutan zaman. Kenyataannya menunjukan bahwa masyarakat selalu berubah dengan membawa tuntutan-tuntutan baru.
PSH bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan persekolahan, PSH merupakan suatu proses berkesinambungan yang berlangsung sepanjang hidup. Ide tentang PSH yang hampir tenggelam, yang dicetuskan 14 abad yang lalu, kemudian dibangkitkan kembali oleh tokoh pendidikan Johan Amos Comenius 3 abad yang lalu (di abad 16/ 1592-1671) dan John Dewey 40 tahun yang lalu (tahun 50-an). Comenius mencetuskan konsep pendidikan bahwa pendidikan adalah untuk membuat persiapan yang lebih berguna di akhirat nanti.
PSH didefinisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan pengstrukturan pengalaman pendidikan. pengorganisasiannya dan pengstrkturan ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai paling tua. (Cropley; 67). PSH bukan suatu sistem pendidikan yang berstruktur, melainkan suatu prinsip yang menjadi dasar yang menjiwai seluruh organisasi sistem pendidikan yang ada. Dengan kata lain PSH menembus batas-batas kelembagaan, pengelolaan, dan program sistem pendidikan. Kemudian 40 tahun yang lalu John Dewey, ahli filsafat dan pendidikan dari Amerika (1859-1952) menaruh keyakinan bahwa yang pokok dalam pendidikan adalah kegiatan anak itu sendiri. Kegiatan itu merupakan manifestasi dari kehidupan. Tidak ada kehidupan tanpa kegiatan. Sepanjang hidup harus ada keaktifan. Anak wajib memperoleh pengetahuan dari usahanya sendiri. Tulisannya yang terbit pada tahun 1938 yang berjudul “Experience and Education” (Sapta Dharma, 1955: 11-12).
Pada tahun 70-an, yaitu 20 tahun kemudian sesudah Dewey, Edgar Faure ketua Komisi Internasional tentang perkembangan pendidikan tentang laporannya yang berjudul”Learning To Be, The World of Education, Today and Tomorrow,” yang diterbitkan oleh UNESCO pada tahun 1972. Dalam laporan tersebut diajukan 6 buah rekomendasi untuk mengantisipasi dunia pendidikan di masa depan. Salah satu rekomendasinya ialah agar pendidikan seumur hidup (life long education). Pada saat itu respon berbagai Negara tidak sama. Khususnya di Indonesia respon terhadap konsep PSH sangat positif dan dituangkan dalam kebijaksanaan Negara yaitu dalam ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 jo. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN yang menetapkan prinsip pembangunan nasional antara lain: Dalam Bab IV bagian pendidikan, butir (d) berbunyi: Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga/keluarga dan masyarakat, karena itu pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Kebijaksaan pembangunan nasional di bidang pendidikan mengandung arti bahwa secara konstitusional GBHN tersebut wajib dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal, nonformal, dan informal. Masing-masing lembaga tersebut bersifat komplementer (saling mengisi).
Alasan Rasional Mengapa PSH diperlukan?
Akan meningkatkan persamaan distribusi pelayanan pendidikan, memiliki implikasi ekonomi yang menyenangkan, esensial dalam menghadapi struktur sosial yang berubah terdapat alasan-alasan kejuruan untuk menetapkannya akan menghantarkan peningkatan kualitas hidup. Gagasan dasarnya bahwa pendidikan harus dikonsepkan secara formal sebagai proses yang terus menerus dalam kehidupan individu, mulai dari anak-anak sampai dewasa.
Didalam tulisan Cropley dengan memperhatikan masukan dari sebagian pemerhati pendidikan mengemukakan beberapa alasan, antara lain: Keadilan, ekonomi (biaya pendidikan). Perubahan perencanaan, perkembangan teknologi, factor vokasional, kebutuhan orang dewasa, dan kebutuhan anak-anak masa awal, (Cropley: 32-44).
1.  Alasan Keadilan
Terselenggaranya PSH secara meluas di kalangan masyarakat dapat menciptakan iklim lingkungan yang memungkinkan terwujudnya keadilan sosial.Hinsen menunjukan konteks yang lebih luas yaitu dengan terselenggaranya PSH yang lebih baik akan membuka peluang bagi perkembangan nasional untuk mencapai tingkat persamaan internasional (Cropley: 33). Dalam hubungan ini Bowle mengemukakan statemen bahwa pada prinsipnya dapat mengeliminasi peranan sekolah sebagai alat untuk melestarikan ketidakadilan sosial (Cropley: 33).
2. Alasan Ekonomi
Tidak dapat dipungkiri, alasan ekonomi merupakan alasan yang sangat vital dalam penyelenggaraan pendidikan. Apalagi di Negara sedang berkembang biaya untuk perluasan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan hampir-hampir tidak tertanggulangi. Di satu sisi tantangan untuk mengejar keterlambatan pembangunan dirasakan, sedangkan di sisi lain keterbatasan biaya dirasakan menjadi penghambat. tidak terkecuali di Negara yang sudah maju teknologinya, yaitu dengan munculnya kebutuhan untuk memacu kualitas pendidikan dan jenis-jenis pendidikan, dan mereka merasa berat beban biaya penyelenggaraan pendidikan tersebut. Dalam hubungannya dengan masalah tersebut PSH yang secara radikal mendasarkan diri pada konsep baru dalam pemrosesan pendidikan memiliki implikasi pembiayaan pendidikan yang lebih luas dan lebih longgar (Cropley: 35).
3.      Alasan Faktor Sosial
Faktor yang berhubungan dengan perubahan peranan keluarga, remaja, dan emansipasi wanita dalam kaitannya dengan perkembangan iptek. Perkembangan iptek yang demikian pesat yang telah melanda negara maju dan negara-negara yang sedang berkembang memberi dampak yang besar terhadap terjadinya karena adanya perubahan-perubahan kehidupan sosial ekonomi dan nilai budaya. Seperti berubahnya corak pekerjaan, status dan peran adolesen versus kelompok dewasa, hubungan sosial pekerja dengan atasannya, khususnya bertambahnya usia harapan hidup dan menurunnya jumlah kematian bayi, dan yang tak kalah pentingnya ialah berubahnya sistem dalam peranan lembagapendidikan.
Fungsi pendidikan yang seharusnya diperankan oleh keluarga, dan juga fungsi lainnya, seperti fungsi ekonomi, rekreasi dan lain-lain, lebih banyak diambil alih oleh lembaga-lembaga, organisasi-organisasi di luar lingkungan keluarga, khususnya oleh sekolah. Jika dahulu masa anak dan remaja diartikan sebagai masa belajar dalam dunia persekolahan, sedangkan dunia orang dewasa adalah dunia kerja, kini garis batas yang memisahkan kedua kelompok usia tersebut sedang menjadi kabur
4.      Alasan Perkembangan Iptek
Uraian sebelumnya telah menjelaskan betapa luasnya pengaruh perkembangan iptek dalam semua sektor pembangunan. Meskipun diakui bahwa pengaruh tersebut di dalam dunia pendidikan belum sejauh yang terjadi pada dunia pertanian, industri, transportasi, dan komunikasi. Namun invensinya didalam dunia pendidikan telah menggejala dalam banyak hal.
5.      Alasan Sifat Pekerjaan
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan iptek disatu sisi dalam skala besar menyita pekerjaan tangan diganti dengan mesin, tetapi tidak dapat dipungkiri disisi yang lain juga memberi andil kepada munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang menyerap banyak tenaga kerja dan munculnya cara-cara baru dalam memproses pekerjaan. Akibatnya pekerjaan menuntut persyaratan kerja yang selalu saja berubah.
Implikasi Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan berlangsung dari masa bayi sampai dengan pendidikan diri sendiri pada masa manula. Seperti telah dijelaskan terdapat ciri-ciri khas PSH yang diharapkan menjiwai pendidikan masa kini dan pada masa mendatang.
Ciri-ciri yang dimaksud ialah:
Ø  PSH menghilangkan tembok pemisah antara sekolah dengan lingkungan kehidupan nyata diluar sekolah.
Ø   PSH menempatkan kegiatan belajar sebagai bagian integral dari proses hidup yang berkesinambungan.
Ø   PSH lebih mengutamakan pembekalan sikap dan metode daripada isi pendidikan
Ø   PSH menempatkan peserta didik sebagai individu yang menjadi pelaku utama didalam proses pendidikan, yang mengarah pada diri sendiri, autodidak yang aktif kreatif, tekun, bebas, dan bertanggung jawab, tabah, dan tahan bantingan, dan yang sejalan dengan penciptaan masyarakat gemar belajar.
Disamping ciri-ciri tersebut yang menjadi alasan mengapa PSH perlu digalakkan adalah:
v  Pada hakikatnya belajar berlangsung sepanjang hidup
v  Sekolah tradisional tidak dapat memberikan bekal kerja yang coraknya semakin tidak menentu dan cepat berubah
v  Pendidikan masa balita punya peranan penting sebagai fondasi pembentukan kepribadian dan bagi aktualisasi diri
v  Sekolah tradisional mengganggu pemerataan keadilan untuk memperoleh kesempatan pendidikan.
v  Biaya penyelenggaraan sekolah sangat mahal
Kesimpulan dari ciri-ciri tersebut dapat dikemukakan bahwa:
Menurunnya posisi penting keluarga sebagai pendidikan, pergeseran peranan remaja, dan orang dewasa, hubungan sosial pekerja dengan pemimpin, meningkatnya emansipasi wanita dan berubahnya konsepsi pria sebagai pencari nafkan, semuanya membawa kepada keharusan akan perlunya penyesuaian dari kedua belah pihak dalam menghadapi kemajuan. Untuk itu perlu adanya model baru pelayanan yang dapat membekali semua pihak untuk secara terus menerus menggalang diri guna mengatasi tantangan zaman. Model pelayanan yang dimaksud adalah pendidikan sepanjang hidup.
Kemandirian dalam Belajar
Arti dan prinsip yang melandasi kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih-lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran.Konsep kemandirian dalam belajar bertumpu pada prinsip bahwa individu yang belajar hanya akan sampai pada perolehan hasil belajar, mulai keterampilan, pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai kepada penemuan diri sendiri, apabila ia mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil belajar tersebut.
 Alasan yang menopang serempak dengan perkembangan iptek ada beberapa alasan yang memperkuat konsep kemandirian dalam belajar. (Conny Setiawan, 1988: 14-16) mengemukakan alasan sebagai berikut:
ü  Perkembangan iptek semakin pesat.
ü   Penemuan iptek tidak mutlak benar 100 % sifatnya relative.
ü  Para ahli psikologi umumnya sependapat peserta didik mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak.
ü  Dalam proses pendidikan dan pembelajaran pengembangan konsep seyogianya tidak dilepaskan dari sikap dan penanaman nilai-nilai kedalam peserta didik.
Unsur-Unsur Dalam Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal, yaitu:
1. Subyek yang dibimbing.
2. Orang yang membimbing.
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik.
4. Kearah mana bimbingan ditujukan.
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan.
6. Cara yang digunkan dalam bimbingan.
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung.
 Peserta Didik
Ciri khas didik yang perlu difahami oleh pendidik ialah:
·         Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga merupakan insan yang unik
·         Individu yang sedang berkembang
·         Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi
·         Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
 Pendidik
Yang dimaksud dengan pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikanya dalam tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah Orang tua, guru pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat
Interaksi Edukatif antara Peserta Didik dengan Pendidik
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujian pendidikan. Pencapai tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasikan isi, metode, serta alat-alat pendidikan
 Isi Pendidikan
Didalam sistem pendidikan persekolahan, materi dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapai tujuan. Materi ini meliputi materi inti maupun muatan lokal. Materi ni bersifat nasional yang mengandung misi penendalian dan persatuan bangsa. Sedangkan muatan lokal misinya adalah mengembangkan kebhinekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi lingkungan. Dengan demikian dan semangat Bhineka Tunggal Ika dapt ditumbuh kembangkan.
 Konteks yang mempengaruhi pendidikan
 Alat dan Metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujian pendidikan. Alat pendidikan dibedakan atas yang preventif dan kuratif:
1. Yang bersifat preventif yaitu yang bermaksud mencegah terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki misalnya larangan, pembatasan, peringatan bahkan juga hukuman.
 2. Yang bersifat kuratif yaitu yang bermaksud memperbaiki, misalnya ajakan, contoh, nasehat, dorongan, pemberian, kepercayaan, saran, penjelasan, bahkan juga hukuman.
Untuk memilih dan menggunakan alat pendidikan yang efektif ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
Ø  Kesesuaiannnya dengan tujuan yang ingin dicapai
Ø  Kesesuaiannya dengan peserta didik
Ø  Kesesuaiannya dengan pendidik sebagai sipemakai
Ø  Kesesuaiannya dengan situasi dan kondisi saat digunakan dengan alat tersebut

DAFTAR BACAAN
http://catatan-kacong.blogspot.com/2008/09/das-sein-das-sollen-antara-harapan-dan.html

http://tentangkomputerkita.blogspot.com/2010/01/pendidikan-sepanjang-hayat-i.html

http://fitrifad.wordpress.com/2009/04/26/hakikat-pendidikan-sepanjang-hayat/